Nenek 18 Cucu, Masih Semangat Belajar Baca Tulis





Di usianya yang sudah 62 tahun, Suliyah warga Dusun Babatan, Desa Kedawong, Kecamatan Diwek, Jombang ini masih memiliki semangat belajar membaca dan menulis. Sejak satu setengah tahun yang lalu, wanita yang memiliki 11 anak dan 18 cucu ini mengikuti program bimbingan belajar bagi buta aksara.

Di masa mudanya, wanita yang akrab disapa mbah Sul ini tidak bisa mengikuti sekolah seperti laiknya anak-anak di jaman sekarang. Waktunya banyak dihabiskan untuk bekerja di sawah membantu orang tua. Maklum saja, ia memang bukan dari kalangan keluarga bangsawan atau ningrat.

Sejak kecil hingga besar dan akhirnya menikah, Mbah Sul tidak pernah menikmati bagaimana rasanya duduk dibangku sekolah. Hingga ia dikarunia 18 cucu dari 11 anaknya, Mbah Sul tidak pernah bisa membaca dan menulis.

Di tahun 2012 lalu, datang tawaran untuk mengikuti program belajar bagi buta aksara di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Yalatif. Ia diajak oleh tetangganya, tanpa ragu Mbah Sul langsung menerima tawaran itu.

Kula diajak sekolah, nggih kula nderek mawon. Supados saget maca. (Saya ditawari ikut sekolah, ya saya ikut. Biar bisa baca) kata Mbah Sul.

Zainuddin, Pengelola PKBM Yalatif mengatakan, kegiatan belajar mengajar bagi masyarakat buta aksara dimulai sejak tahun 2009 lalu. Tahun 2012-2013 terdapat 22 orang yang ikut belajar termasuk Mbah Suliyah.

Kegiatan belajar bagi buta aksara, lanjut Zainuddin, dilaksanakan dua kali dalam seminggu. Target kita mengurangi angka buta aksara di Jombang. Dan kami yakin bisa karena berdasarkan data pemerintah angka buta aksara turun, katanya.

Pada tahun 2010 data buta aksara di Jombang mencapai 71.593 orang. Jumlah tersebut berkurang menjadi 41.000 orang pada tahun 2012. Kami yakin jumlah buta aksara akan terus berkurang jika pemerintah serius melaksanakan program pengentasan buta aksara, pungkas Zainuddin.

Setelah hampir dua tahun mengikuti kegiatan belajar kini Mbah Sul sudah bisa membaca meski dengan cara mengeja.

Punawi maca kalian dieja nggih sampun saget. Nggih syukur, sampun saget maca, siyen dereng saget punapa-punapa. (Kalau baca dengan mengeja ya sudah bisa. Ya syukur, sudah bisa baca daripada dulu yang tidak bisa apa-apa, jelas Mbah Sul.

Memang banyak masyarakat yang mengalami nasib yang sama dengan Mbah Sul, yakni belum pernah belajar di sekolah atau bahkan masih buta huruf. Namun semangat Mbah Sul perlu kita apresiasi dan kita ikuti. Tidak banyak orang seusia dia yang masih memiliki semangat untuk belajar.

=====================================
Imam Asy Syafii rahimahullah berkata, Tidak ada setelah berbagai hal yang wajib yang lebih utama dari menuntut ilmu.
=====================================
Imam Bukhari menyebutkan dalam kitab shahihnya, Para sahabat belajar pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam baru ketika usia senja.

Follow On Twitter